Wisata Air Terjun Gunung Bunder
Perjalanan kali ini agak berbau impulsif. Mungkin karena tempatnya yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, juga waktunya yang hanya memakan waktu seharian. Masih terekam di kepala saya, megahnya Madakaripura ketika menjelajahi Bromo september kemarin dan sekarang tiba-tiba saja saya teringat Gunung Bunder yang kata banyak orang terkenal dengan Curugnya.
Gunung Bunder berada di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Sebagian besar daerah ini merupakan hutan milik Perhutani yang ditanami banyak pohon pinus. Suasana hutan pinusnya sama dengan Gunung Pancar yang terletak di Desa Babakan Madang, Kecamatan Citeureup. Ketika saya SMA, saya sering sekali ke Gunung Pancar, bawa motor dengan teman sampai ke puncak mata air panasnya dan kami baru pulang ke rumah kalau sudah disuruh pulang sama petugasnya. Haha, soalnya kalau pelajar, masuknya gratis!
Korban perjalanan saya kali ini adalah Budiman Bros, biasa dipanggil Budi. Orangnya asik dan enak buat (dipaksa) diajak jalan. Perjalanan sabtu pagi yang diiringi hujan gerimis dari Mampang Prapatan menuju Bogor kami tempuh selama 1,5 jam menggunakan motor matic. Beuuh… pantat panas dan pegel harus saya tahan di jok belakang selama perjalanan, mana Budi sama sekali gak mau gantian bawa motornya.
Sempet agak nyasar selepas jalan raya cimanggu. Tapi… betapa egoisnya kami, walaupun nyasar, kami lebih memilih buka Google Maps daripada nanya orang. Hahaha. Yeayy… Google saved us! Eh… nyasar lagi, kali ini nanya warung pinggir jalan. Hahaha
Wow, jauhnya bukan main, bahkan kampus IPB Darmaga yang menurut saya udah paling jauh pun masih terus lagi sekitar 10 KM ke arah Leuwiliang. Tepat di pertigaan Cikampak di Jalan Raya Warung Boyong, kami mengambil arah ke kiri melewati jalan desa. Untuk yang pertama kali kesini, patokannya cukup mudah, pertigaan Cikampak terdapat dua buah mini market (Indomaret dan Alfamart) yang saling berseberangan. Jalan masuknya agak kecil, tetapi beraspal bagus. Sepanjang perjalanan kami disuguhkan pemandangan yang asri seperti sawah, sungai dan pegunungan.
Sebuah gerbang besar bertuliskan Kawasan Wisata Gunung Salak Endah (GSE), Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) menandakan kami sudah sampai. Biaya masuknya terbilang cukup murah, 4000 per orang dan 3000 untuk motor.
Wooow, jejeran hutan pinus yang berwarna kuning kecoklatan menyambut saya. Helm saya lepas dan saya menarik napas panjaaaaang. Hmm… sejuknya udara pegunungan. Sambil terus menggeber motor, kami mencoba mencari-cari lokasi air terjun dan inilah beberapa air terjun yang kami temukan.
Curug Cihurang
Curug ini merupakan curug yang paling dekat dengan pintu masuk Gunung Salak Endah. Biaya masuknya sebesar 2500 dan terdapat lokasi parkir yang cukup memadai baik motor maupun mobil. Jalan menuju curug berupa jalan setapak yang berbatu. Jaraknya cukup dekat, sekitar 100 meter kami sudah sampai di lokasi.
Curug Cihurang memiliki dua air terjun. Cukup pendek untuk sebuah air terjun, hanya 5 meter. Tepat di bawahnya terdapat kolam untuk menampung air dan bisa dijadikan tempat pemandian. Lokasi sekitar cukup bersih dan terawat. Di pinggir air terjun terdapat beberapa warung yang menjual makanan dan minuman ringan.
Curug Ngumpet 2
Saya tulis Curug Ngumpet 2, karena terdapat curug lain yang memiliki nama sama. Ketika saya bertanya dengan salah satu penjaga curug, dinamakan Curug Ngumpet karena curug ini baru dibuka untuk umum sehingga belum banyak dikenal oleh pengunjung. Letaknya berada persis di samping pintu masuk pendakian menuju Kawah Ratu. Lokasinya cukup asri dengan beberapa rumah gubuk untuk tempat peristirahatan pengunjung.
Curug Pangeran
Lokasinya agak jauh dari jalan raya. Kami harus menanjak jalan berbatu sejauh 200 meter untuk sampai di parkiran. Dari sini kami berjalan menapaki jalan setapak hingga bertemu sebuah warung tepat di ujung jalan. Di bawah warung inilah, sebuah undakan kecil mengantarkan saya menuju Curug Pangeran. Curugnya kecil dan kolamnya berwarna hijau yang menandakan kolam ini sangat dalam.
Curug Ngumpet
Curug Ngumpet memiliki ketinggian sekitar 45 meter. Suasana sekitarnya sangat asri dengan pohon-pohon tinggi dan terdapat batu kali besar yang ditumbuhi lumut dengan warna hijau kekuningan.
Curug Cigamea
Di antara semua curug yang kami temui sebelumnya, Curug Cigamea merupakan curug yang paling ramai dan paling mudah dijangkau. Jalan dari pintu masuk sampai lokasi air terjun sudah tersusun rapi dalam bentuk susunan anak tangga. Sepanjang jalan juga terdapat banyak tempat peristirahatan. Tidak ada kesan akan menuju sebuah curug. Kalau kata bang Mad Dog, “nggak ada gregetnya”. Hahaha
Begitu sampai, kami dihadapkan pada dua buah air terjun besar. Air terjun pertama tidak terlalu deras dimana airnya merambat turun di dinding tebing. Sedangkan air terjun kedua memiliki ketinggian sekitar 50 meter yang lokasinya berada di celah tebing. Airnya cukup deras dibandingkan air terjun pertama.
Keasikan mengambil beberapa gambar, membuat saya lupa waktu. Kami jadi pengunjung terakhir yang pulang dari Curug Cigamea hingga akhirnya rintik hujan mengantarkan saya menyambangi salah satu warung di pintu keluar.
Budi: “Mas Vlado, mumpung hujan jangan buru-buru pulang yak”.
Vlado: “Kenapa Bud?”
Budi: “Yang jual cakep banget”
Vlado: “Nambah gorengan dan teh tawar anget kalo gitu”
Sungguh, perjalanan kali ini luar biasa. Di luar dugaan, kami bisa mengunjungi lima air terjun sekaligus. Kawasan Wisata Gunung Bunder adalah tempat yang sejuk dan masih cukup alami. Lokasi ini bisa Anda jadikan alternatif wisata selain kawasan puncak yang sudah cukup padat. Hampir semua curug yang saya temui berada dekat dengan jalan raya, jadi tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk sampai ke lokasi. Semua curug mempunyai harga masuk yang sama, yaitu sebesar 2500 rupiah dan sudah dikelola dengan baik. Perjalanan menuju lokasi pun tidak terlalu sulit, karena sudah dibuatkan jalan setapak dengan batu-batu yang memudahkan pengunjung untuk sampai di lokasi. Sayang, perjalanan kami seharian melewatkan Curug Seribu karena sudah sore. Padahal Curug Seribu merupakan curug favorit yang sering dikunjungi di kawasan wisata Gunung Bunder.
Kalau ada waktu senggang, saya akan kemari lagi sekalian bawa tenda untuk menginap di perkemahannya. Selain Curug Seribu, masih ada Curug Nangka dan Curug Luhur yang belum saya kunjungi.
3 Responses to “Wisata Air Terjun Gunung Bunder”
Wow subhanallah indahnya
salam kenal mas , terima kasih infonya
Wah alamnya masih Asri ya, jadi pengin nyoba kesana nih …