Bali Escape – Desa Wisata Jatiluwih dan Pura Batukaru

Bagi kebanyakan orang Bali terkenal dengan pantai-pantai indahnya. Anggapan yang dapat dimaklumi lantaran kepopuleran pantai Bali yang sudah mendunia. Tapi sesekali, cobalah untuk mencari suasana baru. Menjauh dari pantai dan mendekat ke arah pedesaan. Banyak daerah pedesaan yang bisa dikunjungi, seperti Ubud, Tegal Alang, Karangasem ataupun Tabanan.

Tabanan adalah tempat yang saya kunjungi kali ini. Kabupaten yang terletak sekitar 35 km di sebelah barat kota Denpasar ini memiliki kekayaan objek wisata alam, seperti Danau Tamblingan, Pura Ulun Danu, Pura Batukaru, dan Desa Wisata Jatiluwih.

Menuju Kesana

Dari Kota Denpasar, ambil arah menuju Mengwi dan terus hingga Kabupaten Tabanan. Berhubung sulitanya angkutan umum di Bali, sebaiknya Anda menggunakan mobil ataupun motor rental. Desa Jatiluwih berada di daerah kecamatan Penebel, kabupaten Tabanan atau berjarak sekitar 60 km dari kota Denpasar.

Perjalanan menuju Tabanan saya mulai dari Bandara Ngurah Rai dengan mobil rental yang sudah saya pesan sebelumnya. Janjian dengan pemilik rental di parkir bandara kemudian dilanjutkan dengan proses administrasi, serah terima kunci, dan mobil siap digunakan. Saya memilih Toyota Agya Automatic warna putih dengan tarif 175 ribu per hari, tentunya tidak termasuk supir dan bensin.

Kota Denpasar siang itu cukup cerah dan macet. Tapi begitu selepas Mengwi dan akan masuk ke Tabanan, cuaca mendadak berubah mendung dan jalan mulai sepi dari kendaraan bermotor. Sampai di daerah Tabanan sekitar jam 2 siang. Karena niatnya menuju Jatiluwih pada sore hari, waktu saya manfaatkan untuk menyambangi Pura Ulun Danu dan Danau Tamblingan.

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan

Pura Ulun Danu Beratan. Photo by Adrisigners

Pura Ulun Danu Beratan. Photo by Adrisigners

Saya hampir tertahan cukup lama di Danau Tamblingan karena hujan yang cukup deras. Berhubung langit mulai gelap dan hanya bermodalkan GPS, saya pun bergegas memutar arah. Mobil saya arahkan kembali ke Tabanan sampai melewati Pura Ulun Danu. Lebih kurang 3 KM dari Pura Ulun Danu, GPS mengarahkan saya untuk berbelok ke kanan menuju Kecamatan Panebel. Jalan mulai menyempit dan penuh lubang. Penerangan jalan hanya berasal dari rumah penduduk. Sesaat sempat ragu jika saya salah mengambil jalan, hingga akhirnya saya menemukan plang yang bertuliskan Desa Wisata Jatiluwih. Yeaah!

Tips

Saat paling pas untuk memotret panorama Jatiluwih adalah pagi hari. Dimana matahari terbit berada di samping Gunung Agung. Pastikan membawa tripod dan lensa lebar untuk merekam seluruh bagian persawahan. Bawalah jaket untuk menghalau dingin.

Desa Jatiluwih sepi sekali. Temaram lampu-lampu penduduk yang mengelilingi persawahan sambil ditemani berisiknya suara jangkrik dan kodok sawah. Beberapa kali saya berhenti untuk sekadar menanyakan tempat menginap. Pilihan saya jatuhkan ke Teras Subak Jatiluwih. Dengan tarif 200 ribu, fasilitasnya cukup untuk sekadar bermalam di Jatiluwih, seperti gratis sarapan, tempat tidur besar dan kamar mandi dalam, dan yang terpenting lokasinya sempurna, tepat di depan persawahan. Spot yang ideal untuk mengambil sunrise.

Teras Subak Homestay. Lokasinya tepat di depan persawahan

Teras Subak Homestay. Lokasinya tepat di depan persawahan

Persawahan merupakan salah satu penopang hidup di daerah Bali Utara. Masyarakatnya menetapkan pola penerapan pengairan sawah atau irigasi unik bernama “Subak” yang telah berlangsung lama selama ratusan tahun. Dari Subak inilah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan irigasi didiskusikan dan dikembangkan demi keuntungan bersama. Jatiluwih merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Tabanan yang lahan persawahannya cukup besar.

Hamparan Sawah Jatiluwih

Keunikan Jatiluwih adalah topografinya yang berlekuk-lekuk. Di tambah dengan latar belakang Gunung Agung dan Gunung Batukaru membuat sempurna pemandangan pagi. Sang surya mulai menyeruak dari balik pegunungan, sinarnya jatuh di hamparan sawah dan memantulkan warna keemasan. Persis seperti lukisan pemandangan yang sering saya gambar ketika SD, matahari diantara 2 buah gunung dan hamparan persawahan.

Jatiluwih Rice Fields Sunrise

Jatiluwih Rice Fields Sunrise

Jatiluwih Rice Fields Sunrise

Jatiluwih Rice Fields Sunrise

Aktivitas yang bisa dilakukan di Jatiluwih adalah Tracking. Terdapat jalur tracking yang menyusuri persawahan dengan jarak 3.5 KM untuk Long Track dan 1.6 KM untuk Short Track. Pagi hari adalah waktu yang pas untuk tracking. Selain udaranya yang masih sejuk, kita juga bisa menjumpai para petani yang beraktivitas.
Peta Tracking Jatiluwih

Peta Tracking Jatiluwih

Jalur Tracking Jatiluwih

Jalur Tracking Jatiluwih

Tidak lengkap rasanya bila datang ke Jatiluwih tidak mengunjungi Pura Batukaru. Letaknya di tengah hutan dengan lama perjalanan sekitar 30 menit dari Desa Jatiluwih. Tepatnya di Desa Wongaya Gede, Penebel, Tabanan. Batukaru berarti “Batok Kelapa”, yaitu nama gunung tempat di mana pura suci ini dibangun yaitu di kaki Gunung Batukaru yang merupakan puncak kedua tertinggi di Bali. Dibangun sekitar abad XI atas prakarsa Mpu Kuturan atau Mpu Rajakerta, pada masa pemerintahan Raja kembar Sri Masula-Masuli di Bali.

Pintu masuk menuju Pura Batukaru

Pintu masuk menuju Pura Batukaru

Pura Batukaru

Pura Batukaru

Salah satu tempat berdoa di Pura Batukaru

Salah satu tempat berdoa di Pura Batukaru

Salah satu tempat berdoa di komplek Pura Batukaru

Salah satu tempat berdoa di komplek Pura Batukaru

Kolam ikan besar di samping Pura

Kolam ikan besar di samping Pura

Salah satu keunikan dari Pura Batukaru adalah bangunan candi dan tempat berdoa yang menyebar di beberapa tempat. Tempatnya sendiri sangat adem dengan udara sejuk pegunungan. Di sampingnya terdapat kolam ikan besar yang dikelilingi hutan hujan tropis yang rimbun.

Leave a Reply

Basic HTML is allowed. Your email address will not be published.

Subscribe to this comment feed via RSS

five + 12 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.