Pengalaman Mengambil Sertifikasi Lean Six Sigma Yellow Belt

Lean adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan (waste) atau aktivitas-aktivitas yang tidak memiliki nilai tambah (non value added). Six Sigma adalah suatu proses untuk menurunkan variasi dan mencegah cacat (defect). Banyaknya defect menurut six sigma adalah 3.4 Defects Per Million Opportunities (DPMO), artinya terdapat 3,4 Cacat dalam 1 (satu) juta kesempatan.

Akar dari sejarah Six Sigma adalah Statistical Process Control, yang diawali dengan munculnya Normal Curve oleh Carl Friedrich Gauss di abad ke 19. Nah, konsep ini kemudian dikembangkan oleh seorang Engineer bernama Walter Shewhart. Pada akhir tahun 1970, Shewhart mendefinisikan process improvement yang dibutuhkan dari hasil three sigma. Pada periode yang sama, W. Edwards Deming yang bekerja di U.S. Department of Agriculture mengenalkan konsep PDCA (Plan, Do, Check, Act). Pada waktu perang dunia kedua, Deming kemudian bekerja di Jepang, menjadi Engineer dan Consultant perusahaan manufakturing, dan menanamkan konsep yang akhirnya menjadi Toyota Production System.

Kiichiro Toyoda, yang memiliki pengalaman di industri tekstil, membawa proses efisiensi ke dalam Toyota Manufacturing Process. Kemudian, Eijo Toyoda dan Taiichi Ohno mengenalkan konsep Just in Time dan Jidoka, dimana menjadi pilar Toyota Production System. Prinsip-prinsip yang berjalan di Toyota, akhirnya menjadi dasar Lean Process Management.

Pada tahun 1987, Bob Galvin, CEO Motorola menginginkan sebuah perbaikan dalam hal kualitas dan produksi. Tantangan tersebut dijawab oleh Engineer Bill Smith yang dibantu oleh Dr. Mikel Harry. Dr. Mikel Harry memulai sebuah percobaan bagaimana cara menyelesaikan sebuah masalah dengan menggunakan metode statistik. Tim menyadari bahwa membandingkan defect dengan ribuan kesempatan (thousand opportunities) tidak memberikan level detail yang dibutuhkan untuk Statistical Process Control. Sebaliknya, tim mencoba untuk membandingkan defect dengan jutaan kesempatan (million opportunities). 

Membaca sejarah singkat Lean dan Six Sigma di atas, mengingatkan saya mengenai buku-buku Toyota yang saya baca sekitar tahun 2010, seperti Toyota Way, Toyota Culture, dan Toyota Way Lean Leadership yang sarat akan pengalaman hidup pendiri Toyota. Bukunya masih tersimpan dengan rapih dan sepertinya akan saya baca kembali.

Lean Six Sigma menggunakan konsep DMAIC dalam menjalankan suatu project Process Improvement. DMAIC merupakan singkatan dari Define, Measure, Analyze, Improve, dan Control. Dalam masing-masing fase tersebut terdapat metode dan tools yang digunakan selama project berjalan. Mirip dengan proses di Project Management, yang terdiri dari Initiating, Planning, Executing, Monitoring and Controlling, dan Closing.

Menurut saya, ini ilmu yang sangat bagus sekali dalam Process Improvement. Kebetulan di kantor terdapat beberapa project kecil yang menggunakan data. Walaupun ada beberapa keterbatasan dalam pengambilan data yang tidak bisa langsung diterapkan dengan Six Sigma, setidaknya saya bisa mengambil konsep dan benefit dari Six Sigma.

 

Sertifikasi

Berbeda dengan Project Management Institute (PMI) sebagai salah satu institusi resmi sertifikasi Project Management, Lean Six Sigma tidak memiliki satu badan akreditasi atau sertifikasi yang resmi diakui secara global. Walaupun ada 3 badan akreditasi yang mengklaim bahwa institusi mereka adalah independen, seperti The Council for Six Sigma Certification (CSSC), International Association for Six Sigma Certification (IASSC), dan American Society for Quality (ASQ). Ada juga third party independent yang memberikan training sekaligus sertifikasi, seperti Six Sigma Global Institute, Simplilearn, Greycampus, 6Sigma Study. Hal ini dapat dimengerti karena biasanya training diadakan di internal perusahaan oleh konsultan Lean Six Sigma. Begitu juga dengan sertifikasi, karyawan yang mendapatkan sertifikasi disesuaikan dengan materi dan role yang terlibat di dalam project.

 

 

Untuk level sertifikasi, Six Sigma membagi ke dalam 5 level, yaitu: White Belt, Yellow Belt, Green Belt, Black Belt, dan Master Black Belt. Pembagian ini juga untuk membedakan role masing-masing dalam suatu project process improvement.

Saya mencoba melakukan perbandingan sertifikasi antara IASSC, ASQ, dan CSSC dari segi biaya, kemudahan ujian, banyaknya participants yang mengambil sertifikasi, dan tentunya masa berlaku sertifikasi. Dari perbandingan tersebut, akhirnya saya memilih sertifikasi dari CSSC. Sedangkan untuk training, saya mengambil training Yellow Belt dari Advanced Innovation Group Pro Excellent (AIGPE). Bestseller untuk training Lean Six Sigma di Udemy. Kebetulan di kantor ada fasilitas Udemy for Business, jadi bisa saya manfaatkan untuk mengambil beberapa training secara gratis.

Di CSSC, untuk mengambil sertifikasi White Belt tidak dikenakan biaya sama sekali. Sedangkan untuk Yellow Belt, CSSC memberikan fee sebesar $99. Karena saya sudah berhasil mengambil White Belt, CSSC memberikan saya diskon 25% menjadi $74. Untuk White Belt saya mendapatkan score 80/80 dan Yellow Belt saya mendapatkan score 180/200. Khusus untuk Yellow Belt, kita mendapatkan 3 kali kesempatan ujian jika score kita dibawah 140/200 atau 70%.

Berikut adalah perbedaan ujian antara White Belt dan Yellow Belt

  • White Belt Certification Exam. 20 Question Exam. 30 Minutes. You must score a minimum of 70% (56 points out of a total 80 possible points).
  • Yellow Belt Certification Exam. 60 Question Exam. 60 Minutes. You must score a minimum of 70% (140 points out of a total 200 possible points). This exam has a 1 hour time limit and can be taken up to 3 times within 1 year of payment (those wishing to retake the exam must allow at least 1 week between attempts).  If unsuccessful after 3 attempts, the applicant would need to purchase an additional exam assessment fee.

 

Green Belt

Saya sudah enroll untuk training Lean Six Sigma Green Belt. Sekilas materinya lebih banyak dan mulai banyak case study yang menggunakan Minitab untuk perhitungan statistik. Mungkin sertifikasi Green Belt akan terasa lebih bermanfaat jika dibarengi dengan project improvement di perusahaan yang dimentori langsung oleh Black Belt. Secara Qualified dapat, dan Certified juga dapat.

Buat teman-teman yang mulai belajar mengenai process improvement berdasarkan analisis data dan metode statistik, saya sangat merekomendasikan Lean Six Sigma sebagai bagian dari Knowledge Improvement, dan program sertifikasi Yellow Belt adalah langkah awal yang bagus untuk mempelajari basic fundamental Lean Six Sigma.

 

Referensi:

Lean Six Sigma Yellow Belt Training Manual – CSSC

https://www.leansigmacorporation.com/history-of-six-sigma/

https://www.sixsigma-institute.org/History_Of_Six_Sigma.php

https://www.sixsigmacouncil.org 

Leave a Reply

Basic HTML is allowed. Your email address will not be published.

Subscribe to this comment feed via RSS

18 − 7 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.