Sampah Organik Dan Anorganik

Yang sering naik transjakarta, pasti ngerasain ada yang beda di setiap koridornya. Belum lama ini halte transjakarta memasang sepasang tempat sampah yang ditempeli stiker berwarna oranye dah hijau. Saya nggak tau di  koridor yang lain gimana, yang saya lihat hanya di koridor VI, rute busway Ragunan-Dukuh Atas Sepertinya sih di koridor lain udah duluan. Gak apa-apa deh, daripada cuma tempat sampah kecil. Itu juga bentuknya dah gak jelas, sekilas seperti mirip ember.

Fungsi 2 tempat sampah tersebut untuk memisahkan jenis sampah. Secara umum, jenis sampah dapat dibagi 2 yaitu sampah organik (biasa disebut sebagai sampah basah) dan sampah anorganik (sampah kering). Sampah organik adalah sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang berasal dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, rumah tangga atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sayuran, kulit buah, dan daun. Sampah jenis ini dapat terdegradasi (membusuk/ hancur) secara alami. Sedangkan sampah anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan melalui proses yang cukup lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga, misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Kertas, koran, dan karton merupakan pengecualian.

Berdasarkan asalnya, kertas koran, dan karton termasuk sampah organik. Tetapi karena kertas, koran, dan karton dapat didaur ulang seperti sampah anorganik lain (misalnya gelas, kaleng, dan plastik), maka dimasukkan ke dalam kelompok sampah anorganik. Sampah yang dibuang harus dipilah-pilah, sehingga dapat dikomposkan dan di daur ulang secara optimal. Tidak seperti kebanyakan saat ini yang mencampurkan semua jenis sampah menjadi satu. Pembuangan sampah yang tercampur dapat merusak bahan-bahan sampah yang mungkin masih bisa dimanfaatkan lagi. Bahan-bahan organik dapat mencemari bahan-bahan anorganik yang dapat di daur ulang. Tapi semua itu akan percuma kalau di tempat pembuangan akhir semua sampah itu tetap menjadi satu.

Tidak semua tempat dan fasilitas umum memasang tempat sampah dengan 2 fungsi sepert ini. Walaupun ada pun, kondisinya dibiarkan tidak terawat. Saya sendiri yang tinggal di depok, tempat sampah umum sepanjang margonda dapat dihitung dengan jari.

Memang awalnya sangat sulit untuk memisahkan jenis sampah, tapi lama kelamaan akan terbiasa. Ayo, mulai sekarang pilah-pilah dan buang sampah di tempat yang benar 🙂

16 Responses to “Sampah Organik Dan Anorganik”

  1. Rudy

    Penjelasan yang sederhana dan sangat menarik. Bagus banget nih dan saya juga setuju dengan idenya.
    Semoga pengelolaan sampah bisa menjadi suatu kesadaran dan kebiasaan bersama, bukan hanya slogan semata.

    Reply
  2. Yuarina

    siiipp….
    mudah2an saya bisa merintisnya di fakultas….
    doakan…
    dan mohon bantuan…

    Reply
    • vlado

      Kalo yang anda maksud jumlah sampah organik dan anorganik dalam kilogram/hari saya nggak punya 🙂

      Anda bisa menghubungi dinas pengelolaan sampah terkait, ato bisa minta ke BPPT, mereka punya data pengelolaan sampah, baik banyaknya maupun komposisinya 😉

      Reply
  3. melani

    :-bd bagus banget artikelnya…
    selama ini aku masih pusing menggolongkan kertas dan benang ke dalam sampah apa (organik atau anorganik)… karena keduanya berasal dari makhluk hidup (=organik), tapi terurai dalam waktu yang lama dan kandungan airnya sedikit (=anorganik)
    😕 tapi aku mau pastiin sekali lagi,tolong jawab ya…
    1. kalo kain perban bekas (basah karena ada noda darah/cairan pencuci luka) termasuk sampah apa?
    2. kalo sampah kemasan minuman yang masih ada isinya (belum habis) gimana? harus di buang ke tong sampah basah atau kering?
    maaf merepotkan… trims sebelumnya… ;;)

    Reply
    • vlado

      Coba jawab yah 🙂

      1. Kain perban itu termasuk sampah medis dan berbahaya, seperti jarum suntik dan selang infus dan harus dipisahkan dari sampah organik dan anorganik. Kalo nggak ada, perban bisa dimasukkan ke dalam sampah organik, karena dia akan terurari.

      2. Masukin ke tong sampah kering dong. Khan yang jadi sampah kemasannya 😀

      Reply
  4. denizz

    wahhh… bagus bgd nh…. :-bd
    kbetulan bgd Aqu gy cari artikel ttg sampah buat persentasi aquu.. 🙂

    wahhhh,,, thx yahhhh :-*

    Reply
  5. sugeng

    mas coba dicek ulang ya, sampah kertas itu sampah organik atau an organik. Mohon disesuaikan dengan kamus. ok terima kasih

    Reply
  6. Arabiaa

    weeew =D>
    cantik daank postingannyaa 😀
    tengkiu… tengkiuu, bisa jadi buat referensi nih 😀 :-bd

    Reply
  7. indra

    tolong bantuan nya lebih banyak k jenis2 nya dan contoh nya.
    thanks. 😀

    Reply
  8. Meily

    Mungkin di kalangan terpelajar, sudah banyak yang menerapkan memisahkan sampah antara yang organik dan anorganik.

    Tapi bagaimana dengan masyarakat yang belum paham akan hal itu, jangankan organik & anorganik, mereka membuang sampahnya hanya dengan memasukkannya ke dalam kantong plastik/kresek, lalu dilemparkan begitu saja ke dalam sungai.

    Bahkan, di kalangan terpelajar saja banyak yang membuang sampah sembarangan, contohnya anak sekolah, mahasiswa/i, guru, dosen, juga pegawai pemerintah.

    Pusing deh pokoknya sama Indonesia, walaupun sudah ada yang peduli akan hal kebersihan, sampah, & lingkungan, itu belumlah cukup. Mereka hanya baru bisa mengajak beberapa pihak saja itupun hanya di suatu kawasan tertentu saja. Tapi tidak dan belum bisa mengajak semua kalangan dan seluruh masyarakat Indonesia.

    Apa yang harus kita lakukan???

    Reply
  9. Meily

    Pusing deh pokoknya sama Indonesia, walaupun sudah ada yang peduli akan hal kebersihan, sampah, & lingkungan, itu belumlah cukup. Mereka hanya baru bisa mengajak beberapa pihak saja itupun hanya di suatu kawasan tertentu saja. Tapi tidak dan belum bisa mengajak semua kalangan dan seluruh masyarakat Indonesia.

    Apa yang harus kita lakukan???

    Reply

Leave a Reply

Basic HTML is allowed. Your email address will not be published.

Subscribe to this comment feed via RSS

11 − ten =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.