Angkor Wat, City of Temples
Angkor Wat berarti “Temple City” atau “City of Temples”. Di dalamnya terdapat ratusan candi yang tersebar di dalam area sebesar 162 hektar. Kompleks candi dan monumen keagamaan terbesar di dunia ini awalnya adalah Candi Hindu pada jaman Kerajaan Khmer yang saat ini menjadi Kamboja, kemudian berangsur-angsur bertransformasi menjadi Candi Budha di akhir abad ke-12.
Angkor Wat dibangun oleh Raja Suryavarman pada permulaan abad ke-12 dan didedikasikan kepada Dewa Vishnu. Umumnya candi di Angkor mempunyai pucuk dengan gaya arsitektur Khmer yang menjadi simbol dari negara Kamboja, yang juga muncul di bendera kebangsaan. Bisa dibilang Angkor Wat adalah tujuan utama wisatawan jika berkunjung ke Kamboja.
Day 1
Sayangnya penerbangan menuju Siem Reap hanya berangkat dari Kuala Lumpur, dan rombongan dibagi menjadi 2 kloter. Saya, Adri dan Titis sengaja memilih untuk berangkat duluan menuju Kuala Lumpur. Kami berencana menginap sehari di Regalia untuk mengambil foto sunrise Kuala Lumpur dari Regalia Sky Pool dan sunset Petronas dari Sky Bar Traders Hotel. Sedangkan Yani, Cendy, Fuady dan Rahma menyusul dari Jakarta di hari berikutnya, dan akhirnya Tune Hotel mempertemukan kami semua. Horaaaay!
Penerbangan AirAsia dari KLCC menuju Siem Reap memakan waktu 2 jam. Sesampainya di Siem Reap, dua Tuktuk Kamboja sudah menjemput kami menuju Sok San Street, hotel yang akan menjadi tempat berisitirahat kami selama 4 hari. Lokasinya sangat strategis karena berada di persimpangan Night Market dan Old Market. Karena rombongan kebanyakan diisi oleh backpacker turis, Old Market sudah pasti menjadi destinasi pertama kami.
Old Market adalah salah satu pasar seni terbesar di Siem Reap. Aneka kuliner khas Kamboja, kerajinan tangan tradisional, souvenir, restaurant, cafe sampai penginapan semua tumplek blek disini. Selain Old Market, kawasan yang paling padat dikunjungi turis adalah Pub Street, Night Market dan Art Center.
Budget Tip
Kamboja adalah negeri dua mata uang. Jadi, jangan lupa siapkan mata uang US Dollar dan Riel. Gunakan Dollar untuk barang-barang yang lumayan agak mahal (lebih dari 1 dollar). Biasanya barang-barang kerajinan tangan atau cinderamata. Sedangkan Riel bisa digunakan untuk membeli makanan (kurang dari 1 dollar). Umumnya penjual lebih senang bertransaksi dengan menggunakan dollar, tapi jangan ragu untuk menanyakan apakah mereka menerima Riel.
Penasaran dengan suasana malam di Siem Reap, malamnya kami mengunjungi Night Market. Sama dengan Old Market, di Night Market banyak penjaja souvenir kerajinan tangan dan pakaian dengan tema Angkor Wat ataupun Siem Reap. Rata-rata semua barang dihargai dengan 1 Dollar (ucap apa adanya: wan daleu). “One dollar, sir?!”, “One dollar, sir?!”, “One dollar, sir?!”, “One dollar, sir?!”.. yaa begitu aja terus dari ujung ke ujung. Hahaha kapan lagi belanja pake duit dollar beneran broo. Apalagi kalo udah megang 100 atau 500 dollar. Beuuhh.. cuma di Kamboja!
Beranjak dari Night Market, jalan-jalan malam kami lanjutkan ke Pub Street. Pada malam hari jalan ini ditutup untuk kendaraan dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. Berbeda dengan Night Market, di Pub Street isinya lebih banyak ke kuliner. Kanan kirinya berdiri cafe, restaurant dan bar. Makanan non-halalnya buaanyak banget. Bagi anda pecinta babih mungkin disini surganya. Bagi anda yang mencari makanan halal, jangan sungkan untuk bertanya langsung ke penjual. Atau kalau anda malas bertanya, bisa dilihat dari menu-menunya. Jangan harap anda bisa mendengar kata “One dollar, sir?!” disini. Makanan di Pub Street harganya bervariasi, mulai dari 3 dollar sampai 15 dollar.
Menyusuri Pub Street di malam hari terasa sangat menyenangkan. Jalanan dipenuhi dengan gemerlap lampu dan hilir mudik wisatawan. Hingar bingar house music terdengar dari bar dan cafe. Semua wisatawan berbaur di tengah jalan dengan keramahan orang-orang Kamboja. Hmm.. agak sulit rasanya menemukan suatu tempat di Indonesia yang mirip dengan Siem Reap. Walaupun di Bali ada Pasar Sukowati dan Legian, di Yogyakarta ada Malioboro, menurut saya tidak ada yang semenarik malamnya Siem Reap.
Satu hal yang menarik yang tidak pernah saya temui selama saya traveling adalah Street Bar. You will never find original alcohol drink with only 1.5 dollar. Siap-siap ketagihan!
Day 2
Terdapat dua pilihan menuju Angkor Wat dari penginapan kami di Sok San Street. Pertama, dengan menyewa Tuktuk. Kedua dengan bersepeda. Walaupun terbilang murah dengan bersepeda, sekitar 2-3 dollar, perjalanan menuju Angkor Wat sangat jauh, sekitar 9 KM. Tuktuk menjadi pilihan yang sudah kami pesan sebelumnya seharga 30 dollar untuk berkeliling Angkor Wat seharian. Untuk urusan sewa tuktuk serahkan kepada perempuan, karena mereka jagonya!
Transportasi paling umum yang paling sering digunakan oleh penduduk lokal adalah Remork. Sedangkan turis menyebutnya dengan Tuktuk karena kesamaannya dengan Tuktuk di Thailand. TukTuk Thailand desainnya lebih mirip bajaj, hanya saja lebih luas. Sedangkan Tuktuk di Siem Reap tak lebih dari sepeda motor yang jok belakangnya disambungkan dengan kereta roda dua.
Ticket
Passes are sold in one-day ($20), three-day ($40) and seven-day ($60) blocks that must be used on consecutive days. Photo taken on the spot with free of charge is required at time of purchase. Visiting hours are 5:00AM – 6:00PM. Angkor Wat closes at 6:00PM, Banteay Srey closes at 5:00PM and Kbal Spean at 3:00PM
Untuk masuk ke dalam komplek Angkor Wat, wisatawan diharuskan membayar tiket sebesar $20 selama per hari. Adri yang sebelumnya pernah ke Angkor Wat menyarankan kami untuk mengambil tiket terusan selama 3 hari seharga 40 dollar, karena luasnya yang lebih dari 400 KM persegi membuat satu hari tidak cukup untuk mengeksplor apa yang ada di dalam Angkor Wat.
Bangunan yang mendapatkan predikat sebagai warisan budaya dari UNESCO pada tahun 1992 ini luar biasa eksotisnya. Arsitektur candi Hindu dengan menara menjulang seperti kucup teratai, struktur atap tertutup dengan ukiran batu, dan dinding-dinding ditutupi dengan relief ukiran yang menggambarkan mitologi Hindu.
Victory Gate
Angkor Thom adalah sebuah komplek candi yang memiliki tembok pertahanan sepanjang 12 Kilometer. Angkor Thom berarti Kota Besar (The Great City). Masing-masing dinding dibagi menjadi 2 sumbu, yaitu Utara-Selatan dan Timur-Barat. Masing-masing jembatan terdapat di ujung setiap sumbu yang sesuai dengan arah mata angin. Dari keempat jembatan tersebut, terdapat satu jembatan tambahan yang disebut “Victory Gate”. Lokasinya berada di sebelah utara jembatan “Gate of the Dead”, jembatan Timur-Barat. Victory Gate ini dibangun sebagai akses langsung ke teras Istana Kerajaan. Pusat dari Angkor Thom adalah Candi Bayon. Jembatan ini juga sebagai akses untuk menuju Ta Prohm, Ta Keo dan Banteay Kdei.
Yang menarik dari Victory gate adalah arsitektur pagar pembatasnya. Terdapat 54 dewa yang memegang naga seakan untuk mencegah naga melarikan diri. Pagar pembatas dalam bentuk naga menurut tradisi Hindu adalah ekspresi persatuan manusia dengan para dewa. Representasi sebuah gerbang yang ditakdirkan untuk menjamin kemenangan dan kemakmuran bagi negara.
Bayon
Ciri utama candi Bayon adalah terdapat banyak wajah berukuran raksasa dengan ekspresi yang tenang, teduh, dan anggun, terukir pada menara-menara candi yang mengelilingi puncak utama. Candi ini juga terkenal dengan dua relief yang menampilkan kombinasi antara mitologi, sejarah, serta adegan sehari-hari pada masa Kerajaan Angkor.
Tak terasa, matahari yang begitu menyengat selama seharian perlahan mulai turun berganti dengan hangatnya suasana sore. Kami segera bergegas kembali menuju Angkor Wat. Bersiap menanti sunset sambil menunggu di pelataran Angkor Wat.
Setelah mengitari dan mondar-mandir beberapa kali di depan danau. Saya dan Adri mulai menandai lokasi hunting besok pagi dengan sebuah batu persis di tepian danau. Kalau kucing dan anjing menandai lokasi mereka dengan kencing, bagi kami cukuplah dengan sebuah batu. Yup, batu.. besar.. yang ngangkatnya pake dua tangan.
Day 3
Angkor Wat Sunrise
Photography Tip
Ada baiknya untuk survei lokasi terlebih dahulu untuk memilih lokasi dan hasil yang diinginkan. Ratusan fotografer dari seluruh dunia akan memadati lokasi yang sama dan di jam yang sama. Jadi jangan sampai ketika momen akan muncul anda sudah tidak kebagian tempat untuk mengambil gambar.
Lensa dengan sudut lebar menjadi pilihan terbaik. Siapkan tripod, dan juga filter GND untuk meminimalisasi cahaya berlebih, atau gunakan variasi exposure untuk mendapatkan foto sunrise HDR yang menarik.
Pagi-pagi buta, abang Tuktuk sudah mengantarkan kami menuju Angkor Wat. Pukul 05.00 kami sudah berada di dalam Angkor Wat bersama dengan puluhan fotografer. Di tengah suasana gelap, Saya dan Adri bergegas menuju tepian danau. Menyorot tepian danau dengan senter, mencari sebuah batu besar, sebelum lokasi itu ditempati oleh fotografer lain.
Tripod kami pasang, kamera kami keluarkan dari tas, filter GND langsung saya pasang di depan lensa kamera. Seorang penjaja minuman langsung menawarkan kopi dan sebuah bangku kecil untuk kami. Soal harga cukup mudah untuk ditebak, 1 dollar!
Sayang, momen sunrise kali ini kurang sempurna. Imajinasi semburat jingga, kuning dan merah bercampur menjadi satu hilang karena cuaca. Hanya menyisakan sedikit semburat jingga di ufuk timur, ditambah dengan awan tipis menutupi seluruh matahari. Walaupun hasilnya tidak mengecewakan, tetap saja ada rasa tidak puas. Adri dan Titis menenangkan saya, “besok pagi kesini lagi!”. “Okeh, kalo gitu batunya jangan dipindah!”.
Chan Sopul
Chan Sopul adalah driver kami selama hari ketiga ini. Beruntung Titis bisa mendapatkan alamat emailnya dari browsing-browsing di Internet. Itu pun pas sampe di penginapan. Kirim email, dan tidak sampai 1 menit dia langsung telepon balik. Wow, emejing! He was very nice with english pas-pasan. Jadi kalau komunikasi harus pelan-pelan. Harga dia lebih murah dibandingkan beberapa penginapan dan paket tur. Mobilnya Toyota Hiace yang sangat nyaman selama perjalanan. Salah satu nilai plus adalah dia menyediakan minuman dingin dan Cold Towel, dan ini sangat-sangat berguna selama perjalanan. Recommended Driver, gan!
Banteay Srei
Banteay Srei yang berarti “Benteng Perempuan” adalah candi Khmer yang dibangun pada abad ke-10. Candi ini dipersembahkan kepada Dewa Siwa, dewa utama dalam agama Hindu. Ciri khas dari Banteay Srei adalah warnanya yang kemerahan karena candi ini dibangun dari bahan batu pasir berwarna merah.
Bila dibandingkan dengan candi-candi Angkor lainnya, bisa dibilang Banteay Srei tergolong kecil. Namun dibalik kecilnya, menyimpan keistimewaan besar. Hampir seluruh permukaan candi penuh dengan keindahan tatahan ukir dan pahat, sebuah mahakarya dari para seniman. Tak heran karena keindahan ukiran, banyak yang menyebut candi ini sebagai Candi Perempuan. Sebuah asosiasi keindahan dan kecantikan.
Ta Prohm
Mendengar kata Ta Prohm yang terbayang adalah film Tomb Raider. Yup, karena Lara Croft pernah mampir ke candi ini, popularitas Ta Prohm langsung melejit. Tak heran kalau Ta Prohm adalah salah satu candi dengan pengunjung terbanyak setelah Angkor Wat. Karakteristik dari Candi Ta Prohm adalah banyaknya pepohohan besar dengan lilitan akar yang menembus batuan candi. Seolah kesan mistis dan misterius muncul bak akar-akar besar.
Candi ini dibangun oleh Raja Khmer Jayawarman VII pada akhir abad ke-12 sebagai wihara dan universitas beraliran Buddha Mahayana. Tidak seperti candi lainnya di Angkor, Ta Prohm tidak dipugar dan dibiarkan dalam kondisi asal sebagaimana ditemukan.
Koridor depan dan bagian dalam Ta Prohm adalah spot favorit wisatawan untuk mengambil gambar. Untuk bisa mengambil gambar dengan background pohon tinggi menjulang diperlukan kesabaran tingkat tinggi. Ta Prohm adalah salah satu candi favorit saya. Photogenic!
Siem Reap Apsara Dance
Di selang perjalanan pulang, Chan Sopul menawarkan satu tempat terakhir, namanya Koulen Restaurant, katanya kami bisa makan sepuasnya sambil melihat pentas seni. Gak pake mikir lama, seisi mobil langsung aklamasi memilih setuju! Chan Sopul dengan sigapnya langsung menghubungi temannya untuk memesan tempat, karena acara-acara seperti Performance Show biasanya harus melalui reservasi terlebih dahulu. Saya curiga, dia mendapatkan tiket melalui jalur belakang. Tiket yang aslinya seharga 25 dollar, hanya kami bayar seharga 12 dollar.
Pertunjukkan tarian tradisional adalah salah satu acara favorit wisatawan setelah seharian mengunjungi Angkor Wat. Hotel-hotel yang bekerjasama dengan Paket Wisata biasanya sudah memasukkan acara ini ke dalam rencana perjalanan mereka. Awalnya kami tidak mengetahui sama sekali kalau ada pertunjukan semacam ini di Siem Reap.
The Apsara Dance comes from the legend that Cambodia originated from the union of the hermit Kampu and the Apsara Mera. This dance shows Mera, dressed all in white, dancing in her garden. The dance shows happiness and prosperity for the whole country. She is joined by her maindens who present her with flowers which express a love of her from the people of Cambodia.
Sebelum acara dimulai, kami terlebih dahulu dipersilahkan untuk makan malam dengan “dinner buffet” alias makan malam sepuasnya. Suara riuh mulai membahana dari ruangan luas yang sudah diseting sebelumnya untuk makan malam. Meja makan panjang berjejer rapih mulai penuh dengan makanan, aneka minuman, kue-kue dan buah-buahan. Relax time.
Keluar dari sini semua pasang raut wajah bahagia, selain perut kenyang dan terhibur, jalan pulang menuju penginapan harus melewati Night Market.
Day4
Angkor Wat Sunrise
Ini kesempatan kedua dan terakhir kami bertemu sunrise di Angkor Wat. Batu besar masih setia menunggu kami. Tanpa perlu memanggil, penjaja kopi langsung menyodorkan bangku dan bersiap membuatkan 3 gelas kopi untuk kami.
Mungkin sudah puluhan kali saya menunggu saat-saat matahari terbit. Perasaan senang sekaligus cemas melebur menjadi satu dengan dinginnya pagi. Ada momen dimana kita hening sejenak sesaat sebelum matahari benar-benar muncul. Menarik napas panjang dan melepaskannya sambil telunjuk menekan tombol “shutter”. Yess, kali ini semburat jingga keunguan muncul dari balik candi, walapun matahari sedikit tertutup awan tipis. Setidaknya kali ini lebih baik dari hari kemarin.
Beng Mealea
Ini adalah perjalanan terlama kami selama di Siem Ream. 60 kilometer dari penginapan menuju Beng Maelea kami tempuh selama 1,5 jam. Beng Maelea awalnya tidak masuk ke dalam daftar tujuan karena letaknya yang cukup jauh dari penginapan. Tapi setelah melihat gambar-gambarnya di google dan beberapa review dari blog-blog akhirnya kami memutuskan untuk kemari.
Beng Mealea merupakan kompleks reruntuhan candi kuno, hanya saja dalam skala yang lebih kecil jika dibandingkan dengan Angkor Wat. Ini adalah reruntuhan candi yang paling eksotis yang pernah saya lihat selama tiga hari di Siem Reap.
Diawali dari pintu masuk, kondisinya benar-benar berantakan dengan batuan besar bertumpuk dan menara-menara yang runtuh. Sepertinya memang dibiarkan apa adanya. Beng Maelea dalam bahasa Khmer artinya kolam bunga teratai. Belum diketahui dengan pasti penyebab kehancuran dari Candi yang arsitekturnya mirip dengan Angkor Wat ini, apakah karena gempa bumi atau karena sebab lain.
Kekaguman saya akan keindahan Candi Beng Maelea adalah pada lorong di tengah Candi. Untuk menuju kesini tidak ada jalan lain selain menuruni tumpukan batu besar berlumut. Atap lorong melengkung seperti kubah, sedangkan dindingnya polos tanpa ukiran. Di ujung lorong, saya seolah mendapatkan kejutan. Terbentang dihadapan saya sebuah tumpukan batu besar berlumut dengan pohon-pohon besar yang akarnya menyelimuti seluruh batuan. Eksotis!
Travel Guide
Bagi anda yang ingin mengunjungi Angkor Wat, berikut 10 tips yang bisa anda lakukan agar perjalanan di Angkor Wat terasa menyenangkan:
- 4 hari adalah waktu ideal untuk jalan-jalan di Angkor Wat, karena Angkor Wat itu luas banget.
- Beli tiket terusan untuk 3 hari. Selain lebih murah, juga praktis. Anda tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk mengelilingi seluruh Angkor Wat.
- Tukar USD sebanyak banyaknya. Karena kalau kehabisan, nilai tukar rupiah parah banget. Untuk beli 1 dollar, anda harus merogoh kocek hingga 25 ribu rupiah.
- Untuk bisa berkomunikasi dan update status di Path usahakan untuk membeli langsung di bandara. Pilih paket Internet dan Telepon sekaligus. Kalau koneksi internet lagi jelek-jeleknya, anda masih bisa berkomunikasi dengan teman atau driver.
- Pilih penginapan yang dekat dengan Night Market atau Pub Street, dan rasakan suasana Siem Reap di malam hari. Siap-siap kehabisan dollar karena barang-barang disini lucu-lucu untuk dibeli.
- Untuk perjalanan sekitar Angkor Wat, tuktuk adalah transportasi umum. Jika anda berpergian menuju Beng Maelea, transportasi mobil adalah pilihan terbaik karena lokasinya yang sangat jauh.
- Sedia topi, sunblock dan kacamata hitam, supaya kulit wajah dan kulit mata lebih terlindungi.
- Bagi anda pecinta fotografi, usahakan untuk survei lokasi sebelumnya untuk mendapatkan spot terbaik.
- Jangan lewatkan untuk melihat pertunjukan tari tradisional. Anda bisa bersantai sekaligus makan malam sepuasnya. Cobalah untuk menanyakan langsung ke sopir tuktuk untuk mendapatkan harga yang lebih murah dibandingkan pesan melalui hotel.
- Terakhir. Jangan lupa beli kaosnya!
One Response to “Angkor Wat, City of Temples”
[…] dengan taburan bintang di atas kepala. Terakhir saya melihat taburan bintang ketika mengunjungi Siem Reap, Cambodia 2 tahun yang lalu. Andy memilih untuk memotret Milky Way. Sedangkan saya lebih memilih untuk […]