Impian Ini Membunuhku

Sabtu dan minggu tahun ini adalah hari-hari yang tidak biasanya bagi saya. Yang tadinya bangun ketika matahari udah ditengah-tengah kepala, berleha-leha di kamar, setel musik kenceng-kenceng, sekarang harus bangun pagi. Nggak sempet mikirin mo hang out kemana, ntar siang makan dimana, sama siapa, berbuat apa. Udah gitu ditambah pula dengan bawa gambar-gambar yang isinya denah rumah dan rancangan desain interior. Ups..saya bukan mo alih profesi jadi Arsitek, Interior Design apalagi Kontraktor bangunan… tapi lebih tepatnya.. orang yang mo bertanggung jawab dengan keputusannya (lebaaaay..).

Ke’lebay’an ini awalnya cuma ngayal-ngayal nggak jelas, kalo punya rumah penginnya sih nanti aja kalo udah merit, ntar aja kalo dah punya duit banyak, eehh.. khayalan itu meleset. Kenekatan mengambil sebuah rumah di bilangan jagorawi ternyata berdampak sistemik terhadap kesehatan sosial dan material saya. Harusnya sabtu bisa hura-hura bareng temen-temen, ketawa-ketawa sambil ngopi, makan ini.. makan itu, kali ini harus memulai program pengiritan. Sampai-sampai muncul pencanangan program “membeli karena kebutuhan, bukan karena keinginan”. Sulit!! T_T

Sebenernya saya tidak perlu pusing mengurusi ini itu, toh developer juga sudah menunjuk kontraktor untuk mengerjakan rumah dengan waktu pengerjaan yang sudah ditentukan. Berhubung rumah yang saya tempati terjadi pelebaran (jalan kaleee… pelebaran :p), perubahan atau renovasi, mau nggak mau saya harus berkonsultasi dengan kontraktornya. Untung saja pihak kontraktor mau bekerjasama dengan baik, membicarakan usulan perubahan dari saya dan rencana anggaran biaya. Setelah ‘deal’, baru deh rumah dikerjain.

Yang tadinya nggak mikirin jadinya mo kayak apa, sekarang harus diliatin tiap minggu, ngobrol-ngobrol sama kontraktornya, sambil ngebayangin.. nanti rumahnya harus adem dan nyaman, ada taman yang ada kolam ikannya (yang ini special request dari nyokap… secara koleksi tanaman nyokap segambreng), terus juga ada perpustakaan kecil pribadi, jadi buku-buku yang banyak itu nantinya punya rumah sendiri. Intinya minimalis, simple dan natural.

Perubahannya lumayan banyak, mulai dari penambahan dan perubahan ukuran kamar, perubahan keramik, cat dan juga kamar mandi. Pihak kontraktor menyerahkan semuanya kepada saya.

singkat cerita.. perburuan pun dilakukan..

Jalan-jalan bareng kakak sepupu di Mi**a10 Cibubur. Milih-milih keramik ukuran 40×40/ 50×50 yang cocok. Rencana sih nantinya pengin yang motif marmer gitu dengan paduan cat putih. Trus milih-milih keramik teras dan kamar mandi, shower, toilet, lavatory, downlight lamp, sambil sesekali ngelirik pasangan-pasangan muda yang lagi liat-liat dengan mesranya (sumpaah… mupeng banget).

Minggu depan tinggal ngasih laporan ke kontraktor. Syukur-syukur kontraktornya mo cariin barang-barang yang udah dicatet dengan harga termurah [-O<

Leave a Reply

Basic HTML is allowed. Your email address will not be published.

Subscribe to this comment feed via RSS

15 − 9 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.